Love is like magic, We can’t see itbut we can feel it. Just like our voice, We can’t see it but we can
hear it. Ignore how rich you are, how beauty or ugly you are. If it comes to love, everything
is possible, cause people fall in love in mysterious way.
*****
“apa yang kamu suka dari aku?” tanya seorang gadis
kepada cowok yang ada di hadapannya.
Gadis berseragam SMA [yang rambutnya dikuncir kuda dengan
pipi tembemnya, gigi berbehel, badan agak berisi namun bukan gendut] itu menatap cowok yang juga
berseragam SMA yang sama dengannya. Berbeda dengan cowok itu yangperawakan
putih[walaupun si cewek juga putih]tampan, tinggi, smart of course, and don’t forget he is the most
wanted in their School.
“i love you, because it’s you. Every little thing in
you” kata cowok tersebut kepada gadis itu.
Mendengar jawaban sang cowok, gadis itu tertawa sinis.
“jangan bercanda, Cakka.” Kemudian tanpa berkata lagi gadis tersebut
meninggalkan cowok yang di panggil Cakka itu.
“i meant it! And i’ll prove it to you, Shilla!!” Seru
Cakka. Shilla (nama gadis berkuncir tersebut) berhenti melangkah, namun tak
berbalik. Cakka berharap gadis itu berbalik dan menerima pernyataan cintanya.
Sungguh dia mencintai gadis itu, tapi kenapa gadis itu tidak mempercayainya.
Apakah selama ini perhatiannya hanya dianggap biasa saja??
Namun apa yang diharapkan Cakka tak terjadi, Shilla melangkah kembali tanpa
pernah berbalik lagi hingga bayangannya menghilang di balik tembok kelas.
Di balik tembok itu, Shilla bersandar memegang dadanya
yang berdetak cepat, terasa menyakitkan ketika harus menolak orang yang kita
sayangi juga. Tapi dia yakin pilihannya tepat karena iya percaya Cakka hanya
main-main. Mana mungkin seorang laki-laki seperti Cakka mau dengan perempuan
seperti dirinya yang... yah bisa dilihat dengan jelas tak akan serasi jika
bersanding dengan seorang Cakka Abriansyah Nuraga.
Air mata Shilla mengalir dari kedua bolah mata bening
berwarna hitam itu. Dia memukul-mukul dadanya agar dapat sedikit mengurangi
rasa sakit yang ada di hatinya. Namun percuma, sakit itu tetap ada. Shilla
membekap mulutnya agar suara tangisannya tidak terdengar.
Bukannya Shilla tidak menyukai Cakka, dia bahkan
mencintai lelaki itu, tapi dia merasa tak pantas dengan Cakka. Setiap kali berjalan bersama
dengan lelaki itu, dia pasti akan merasa minder karena semua orang memuja
ketika melihat Cakka dan mencibir ketika melihatnya berada disamping lelaki
itu. Shilla terlalu minder terhadap dirinya.
*****
Cakka menjambak rambutnya frustrasi. Dia sudah cukup
menunjukkan pada Shilla bahwa dia benar-benar mencintai gadis itu. Tapi apa??
Gadis itu hanya menganggapnya sebuah gurauan, Cakka tersenyum miris mengingat
reaksi gadis itu ketika Cakka menyatakan perasaannya.
“ditolak yah?”
Pertanyaan itu muncul dari orang yang sekarang sedang
duduk disamping Cakka. Saat ini mereka sedang duduk di taman belakang sekolah,
terdapat kolam dan sebuah pancurannya ditengahnya, dan kolam itu dikelilingi
oleh bunga-bunga tulip yang indah.
“sejak kapan lo disitu?” tanya Cakka tanpa mengalihkan
pandangannya dari kolam tersebut, entahlah sepertinya kolam itu lebih menarik
dari pada menatap orang yang sedang duduk disampingnya.
“gue tebak pasti lo ditolak terus lagi meratapi nasib,
ngelamun, mangkanya gak nyadar kalo gue udah dari tadi duduk disamping lo. Ck!”
tebak cowok yang duduk disamping Cakka itu. Namanya Alvin sahabat Cakka.Dia
juga merupakan salah-satu murid berprestasi di sekolahnya selain Cakka. Tampan,
kaya, populer, agak cuek tapi kalo udah kenal lebih dekat pasti lo bakal
berubah pikiran soal kesan pertama itu.
“lo gak guna sama sekali sih jadi sahabat. Kasih saran
kek! Apa kek, gitu! Ini lo malah ngejek. Gue pecat lo jadi sahabat gue.” Ujar
Cakka sedikit emos.
“kayak lo bisa jauh aja dari gue.” Cibir Alvin.
“cih.” Cibir Cakka sambil melirik senis ke arah Alvin.
“mau gue kasih saran?” tanya Alvin menaik-turunkan
alisnya.
“apa?” tanya Cakka tanpa minat.
“nyatain perasaan lo dengan cara yang lebih romantis,
bukan cuman dengan ungkapan kata-kata aja, tapi dengan tindakan, misalnya kasih
bunga sambil nyanyiin lagu plus gunain keahlian lo...” Cakka menatap Alvin
heran. “keahlian?”
“iya, keahlian lo.” Alvin berdiri sambil bergaya
seolah-olah memegang gitar dan memetiknya sambil menirukan suara gitar
“jreng...!!!
gimana?? Gue yakin Shilla bakal nerima lo, karena apa? karena kalo lo udah sama
gitar lo, kalian tuh menyatu. Lo membuat
semua orang terpesona ketika lo mulai memetik gitar.”
“udah terlalu mainstream deh ide lo.” Tukas Cakka.
“jangan diliat dari mainstream-nya apa gak, tapi liat
dari usahanya. Shilla juga cewek kali, kalo dikasih hal romantis pasti juga
klepek-klepek.” Jelas Alvin kembali duduk disamping Cakka.
“apa gak terlalu norak, Vin?” tanya Cakka kurang yakin
dengan ide
Alvin.
“buat Cinta gak ada namanya kata NORAK!It’s called ROMANTIS!” kata Alvin sambil
tersenyum.
Cakka terdiam sesaat mekirkan kata-kata Alvin, kemudia
dia tersenyum sambil menoleh kepada sahabatnya itu, “lo emang sahabat terbaik
gue.” Katanyasambil menepuk pundak Alvin. “thanks bro!” lanjutnya, Alvin hanya
tersenyum menanggapinya.
Cakka bangkit dari duduknya, berjalan meninggalkan
Alvin dengan berbagai macam ide dikepalanya; ide untuk mendapatkan sang pujaan
hati.
“mau kemana, Kka?” tanya Alvin ketika Cakka sudah mulai
menjauhinya. Cakka berbalik dengan senyum menyeringainya dan hanya mengedipkan
sebelah matanya kearah Alvin. “watch and see!!” katanya lalu berbalik pergi.
Alvin hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan
sahabatnya yang sedang dimabuk cinta itu. Tanpa banyak berpikir lagi dia
melangkah meninggakan kursi taman yang didudukinya bersama Cakka tadi.
Melangkah kearah yang berlawanan dengan Cakka.
*****
Shilla sedang melangkah kearah kelasnya ( XI IPA 2
sekelas dengan Cakka), raut wajahnya terlihat lesu dan pandangannya kosong.
Memikirkan kembali keputusan yang telah diambilnya. Dia menghela nafas beberapa
kali.
“pikirin apa
sih, Shill? Toh semua udah terjadi, kamu udah nolak dia. Gak usah disesali
deh.” Katanya
dalam hati.
Tanpa terasa dia telah sampai dikelasanya, namun yang
dia dapatkan adalah kelas yang kosong melompong.
“kemana semua
orang?” tanyanya
dalam hati. Dia melihat sekekliling dan “kosong” katanya, kemudian dia melihat
jam di pergelangan tangannya, “ini sudah waktunya masuk kelas, tapi kok gak ada
siswa satupun sih? Gurunya juga kemana lagi?” tanyanya lebih seperti kepada
diri sendiri karena tak seorang pun yang tertangkap oleh mata beningnya.
Tanpa memperdulikan sekelilingnya
Shilla melangkah masuk kedalam kelasnya.Dia terlalu lelah untuk memikirkan
kemana semua orang, kejadian dengan Cakka tadi sudah cukup membuatnya pusing.
Dia duduk dibangkunya yang tepat berada di dekat jendela (ketiga dari
depan). memikirkan kembali kejadian tadi
benar-benar membuatnya galau.
“God… Help me!” serunya frustrasi.
Shilla menelungkupkan kepalanya
diatas meja dengan kedua tangannya sebagai alasnya.Air matanya kembali menetes.
“segini susahnya kah jatuh cinta sama orang yang paling diinginkan disekolah?”
Shilla menghapus air matanya kasar
kemudian mengangkat kepalanya tanpa mengubah posisi duduknya mentap kososng
kearah papan tulis. Dia bersyukur belum ada siswa atau guru yang
masuk.Seitdaknya tidak ada yang melihat dia menangis. Dia memperbaiki letak
cara duduknya dan menarik napas dalam-dalam kemudian membuangnya agar dia
merasa lebih baik. Sambil menunggu yang lain datang dia mengambil buku
matematika dalam tasnya dan mulai menyibukkan diri dengan soal-soal dibuku itu,
seenggaknya bisa mengalihkan pikirannya.
n Flashback
“boleh duduk disini gak?”Tanya cowok
putih tersebut – sambil memamerkan senyum charmingnya – kepada seorang gadis
yang sedang duduk melamun di bangku paling belakang yang berada dekat dengan
jendela. Shilla, nama gadis itu tersadar dari dunia imajinasinya dan menatap
Cakka.
“hah?” hanya itu yang keluar dari
mulut Shilla.
“berarti iya.” Kata Cakka, sejurus
kemudian menempatkan dirinya duduk dibangku samping Shilla.
“nama lo siapa?” Tanya Cakka.
“hah?” Shilla masih belum bisa
berkata-kata.Dia masih terlalu kaget dengan situasi ini. Gila saja, cowok
paling keren waktu MOS dan mungkin bakal jadi Most Wanted disekolahnya duduk
satu meja sama dia (gadis yang bukan siapa-siapa). GREAT!
“oh Ashilla Ardiera Zainal yah.” Kata
Cakka sambil matanya menatap tag name di seragam Shilla. “kalo gue Cakka. Cakka
Abriansyah Nuraga.
Jangan sampe lupa yah.”Katanya sambil mengerling.
***
Your hand fits in mine
Like it’s made just for me
“ke kantin yuk?” ajak Cakka kepada
Shilla.
Saat ini tengah jam istirahat
berlangsung. Shilla tengah sibuk dengan buku-buku yang berserakan diatas
mejanya ketika Cakka mengajaknya untuk pergi ke kantin sekolah.
“ayolah, kelamaan mikir deh.” Kata
Cakka tanpa basa-basi langsung menarik tangan Shilla.Shilla yang diperlakukan
seperti itu hanya mengikut saja. Tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
“Kka, lepas deh.”Shilla meronta
meminta dilepaskan tangannya, namun Cakka seperti tak mendengar dan malah
menyelipkan jari-jarinya disela jari-jari Shilla.Dan kini Cakka menggenggam
tangan Shilla.“hangat” kata mereka
berdua dalam hati.
“Kka, diliatin sama anak-anak.”Kata
Shilla sambil berjalan menunduk, karena dia bisa merasakan semua tatapan tajam
mengarah padanya walaupun dia tidak melihat mereka.
“just ignore them.” Kata Cakka.
Kemudian tanpa perlawanan Shilla lagi mereka memasuki kantin.
***
I know you never loved
The crinkles by your eyes when you
smile
“gila, Kka. Kamu extrem banget
tadi.Aku sampai sakit perut ketawanya.Berani banget sih gituin pak Hendra. Guru
galak lagi. Ckckck.”Kata Shilla sambil tertawa mengingat kejadian dikelas tadi,
ketika Cakka mengerjai guru matematika mereka.
“sekali-kali harus digituin, Shill.
Sebagai hiburan diantara tugas yang dia kasih ke kita.Gila aja tugasnya, belum
selesai yang satu udah dikasih aja yang baru.Mau bunuh kita itu namanya.”
Saat ini mereka (Cakka dan Shilla)
tengah duduk dibangku taman belakang sekolah mereka. Ini merupakan taman bagi
para siswa-siswi untuk melepas penat karena pemandangannya yang indah; banyak
jenis bunga dan pohon-pohon rimbun, kursi-kursi untuk para siswa-siswi duduk
dan air pancuran tepat ditengah taman.
“kamu jail, tapi aku seneng banget
hari ini. Makasih! This is the first time I laughed like that.” Kata Shilla
sambil tersenyum memperlihatkan behelnya dan lekukan matanya jika tersenyum
melengkung seperti pelangi serta mata beningnya yang bersinar tertimpa
matahari.
Cakka menatap makhluk ciptaan Tuhan
yang sekarang berada di depannya ini.Bila orang-orang mengatai dia jelek, kutu
buku.Tapi dimata Cakka Shilla lebih dari itu. ‘She’s perfect’. Baik, lembut,
manis, dan smart terlepas dari kekurangan fisiknya. Tapi Cakka menjadi dirinya
sendiri ketika bersama dengan gadis ini. That’s whys he loves being with that
girl.
“beautiful” kata Cakka tanpa sadar.
“hah? Apa?”
“you’re beautiful when you’re smile”
kata Cakka menatap mata Shilla.
“ngaco!” Shilla mengibaskan tangannya
menanggapi perkataan Cakka. ‘beauty? how come?’ katanya dalam hati.
“gak, gue serius! Lo cantik kalo lagi
senyum. Apalagi ketika lo tersenyum, mata lo juga akan ikut tersenyum. Manis.”
Shilla tertawa mendengar perkataan
Cakka. “makasih kalo gitu. tapi aku gak suka mata aku – jelek.”
“siapa bilang?” Tanya Cakka.
“aku!”
***
You never love yourself
Half as much as I love you…
If I let you know I’m here for you…
“didunia ini tuh gak ada yang perduli
sama aku. Aku capek hidup didunia ini!” racau Shilla – ditengah guyuran hujan
deras yang melanda kota Jakarta –memukul-mukul orang yang ada dihadapannya.
“Shill! Dengerin gue. Semua orang
perduli sama lo. Jangan ngomong kayak lo hidup sendiri disini. Lo punya
nyokab-bokab lo, temen-temen lo, dan… gue. Gue disini Shilla!” kata Cakka
mencoba menenangkan Shilla yang sedang kacau balau.
Mereka saat ini sedang berada
dipinggir jalan menuju rumah Shilla.Hari ini Shilla dipermalukan lagi.Gank anak
perempuan – yang mengaku diri mereka penguasa SMA mereka – mempermalukan Shilla
dengan melemparinya telur dan tepung ditengan lapangan basket dan disaksikan
oleh sebagian siswa di SMA-nya.Tak ada seorang pun yang menolongnya.Cakka
terlambat datang.Shilla terlanjur dipermalukan.
Kemana semua orang-orang baik
disekolah ini?Apakah mereka terlalu pengecut untuk menolong gadis yang
membutuhkan bantuan itu?Atau karena mereka juga menggagap Shilla sebagai gadis
yang memang pantas diperlakukan tidak pantas seperti itu.Ironis, Sekolah dimana
tempat seharusnya belajar, malah menjadi ajang pamer kekayaan dan kekuasaan.
“kamu bohong! Kamu bohong, Kka.Aku
udah terlanjur malu. Sakit banget, Kka.”Isak Shilla memukul-mukul dadanya.
“Shill…” Cakka menocba meraih Shilla,
namun Shilla menepis tangan Cakka.
“kenapa sih mereka jahat banget sama
aku. Aku cuman mau sekolah dengan tenang, itu aja!” katanya tersenggal-senggal.
“aku capek!” isakannya makin keras,
namun air hujan mampu menyamarkan air matanya. Tapi apalah daya, dia sudah
terlanjur menangis didepan cowok itu.
Sebenarnya dia tidak ingin terlihat
lemah didepan Cakka, tapi setiap kali bersama Cakka, Shilla tidak mampu menyembunyikan
ekspressinya.Dia menjadi lemah bersama cowok itu, dia merasa terlidungi apabila
berada didekat Cakka.Dan itulah kenapa dia bisa menangis didepan Cakka namun
tidak didepan teman-teman sekolahnya.
Cakka diam memperhatikan Shilla.Dia
tau gadis itu butuh untuk melampiaskan amarahnya.Setelah cukup lama, dan tangis
Shilla sudah mulai mereda.Cakka maju selangkah kemudia membawa gadis itu
kedalam pelukannya.
“kalolocapek, istirahat aja disini.”
Katanya sambil mengelus-ngelus rambut Shilla.
Shilla tersentak kaget, namun lama
kelamaan dia mulai merasa rileks. “makasih” ucapnya serak. Cakka tersenyum.
n Flashback End
“dasar cewek gak tau malu, gue udah peringatin berapa kali buat jauhin
Cakka, tapi lo tetep aja kecentilan sama dia. Bitchy lo” ketua dari gank
perempuan -- berkuasa disekolahnya –
sedang menjambak rambut Shilla. Sementara Shilla hanya bisa pasrah.Ingin teriak
namun mulutnya disumpal dengan kain.
“bawa dia ke WC belakang, ikat dan siram dia. Abis itu kurung biar mati
aja sekalian. Gak ada gunanya juga dia hidup.”Perintah cewek itu kepada
anggotanya.Shilla meronta, namun tak berarti.Dia sudah tak punya tenaga karena
sudah lebih dulu dihabisi tadi.
Saat ini mereka sudah berada di WC belakang sekolah yang tidak pernah
dipakai oleh murid, karena rusak dan tidak diperbaiki.
Berkali-kali mereka menyiram air ke kepala Shilla.Pandangan Shilla sudah
mengabur, dia tak tahan lagi.Detik-detik terakhir sebelum kesadarannya
habis.Seseorang mendobrak masuk dan membuat gank cewek itu pergi, lalu
selanjutnya gelap.Satu hal yang Shilla yakini, penyelamatnya bukan Cakka.
___
Shilla terbangun dari mimpinya.Dia
melihat sekeliling dan menyadari dia ketiduran dikelas. Dia melihat jam tangan
yang ada dipergelangan tangannya dan menunjukan pukul 02:00 P.M. ‘kenangan itu, kenangan itu kenapa datang
lagi?’Tanyanya dalam hati.Dia melihat sekeliling kelas lagi dan takada satu
orang pun didalam – hanya dia sendiri – padahal tas anak-anak masih ada.
Tiba-tiba dari pintu muncul seseorang
siswa cowok. “loh Shilla? Lo kok disini? Anak-anak pada ngumpul dikantin.Gak
ada guru soalnya pada rapat.”
“eh? Kok aku gak dikasih tau yah?”
tanyanya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“emang lo gak dengar pengumumna?”
“gak, oh mungkin diumuminnya pas aku
ketiduran kali.”
“mungkin. Ok, gue duluan yah” kata
cowok itu ketika selesai membereskan tasnya.
“eh, Alvin…” teriak Shila.
“ya?”
“anak-anak ngapain dikantin?”
Tanyanya.
Alvin tersenyum misterisus sambil
berkata, “kalo lo penasaran, datang aja kekantin.”
*****
Shilla berjalan menyusuri lorong
kelas yang sepi menuju kantin sekolahnya.Sebenarnya dia ingin langsung pulang,
namun ada sedikit rasa penasaran yang menggelitik hatinya dan itu mengalahkan
keinginnya untuk segera pulang.
Ketika Pintu masuk kantin sudah
terlihat, dia bingung melihat orang-orang bergerumun disana. “ada apaan sih?”
tanyanya lebih kepada dirinya sendiri.
Alvin yang melihat Shilla dari
kejauhan langsung memberi kode kepada Cakka.Cakka mengangguk dan bersiap-siap
dengan gitarnya.
“ok, demi sang pujaan hati, Kka.”
Katany menyemangati diri sendiri.
Shilla berjalan menuju kerumunan itu,
dan ketika dia sudah mendekat, orang-orang yang ada disana tiba-tiba membelah
kerumunan memberi jalan kepadanya.
Suara petikan gitar terdengar dan
suara yang lain pun ikut terdengar, melantunkan bait-bait sebuah lagu yang
sangat dikenalnya. Dan dia pun mengenal orang yang melantunkan lagu itu.
Your hand fits in mine
Like it’s made just for me
But bear this in mind
It was meant to be
And I’m joining up the dots
With the freckles on your cheeks
And it all makes sense to me
I know you never loved
The crinkles by your eyes when you smile
You never loved
Your stomach or your thighs
The dimples in your back at the bottom of your spine
But I’ll love them endlessly
I won’t let these little things slip out of my mouth
But if I do
It’s you, oh it’s you
They add up to
I’m in love with you
And all these little thing…
Cakka mengentikan permainan
gitarnya.Dia memberikan gitar kepada Alvin yang berada disampingnya dan juga
Alvin memberika seikat bunga kepada Cakka.
Cakka berjalan menuju Shilla
yang masih terpana – sambil menyembunyikan seikat bunga ditangannya.Dia
bernyanyi mengambung lagu yang berhenti tadi.
You never loved your self
Half as much as I love you
You’ll never treat yourself right darlin’
But I want you to
If I let you know I’m here for you
Maybe you’ll love yourself
Like I love you…
I’m in love with you…
Kini Cakka sudah berada didepan
Shilla, jarak mereka sekitar 1 meter.Cakka menatap mata Shilla, begitupun
sebaliknya.
Cakka menarik nafas dalam-dalam dan
mengeluarkannya untuk mengurangi nervous-nya. “you know…” dia berhenti sejenak
untuk menarik nafas lagi dan kemudian melanjutkan kembali ucapannya.
“The shortest word that I know is ‘I’. the sweetest
word that I like is ‘Love’. And the person that will always be in my heart is ‘you’.” Kata
Cakka sambil menunjuk Shilla.
“Ashilla Ardiera Zainal! Would you be my girl?” katanya
sambil memberikan seikat bunga kepada Shilla.
Shilla shok, dia berdiri mematung
ditempatnya menatap kearah mata Cakka. Menatap seberapa serius cowok itu.
‘Honest!’ itu yang dia dapatkan.
Shilla mengalihkan pendangannya, menatap sekeliling,
melihat orang-orang memperhatikan mereka berdua. Dia terlalu takut untuk
melangkah, terlalu takut untuk mengambil keputusan yang hatinya sangat
inginkan. Terlalu banyak orang membencinya dan dia tidak mau di buly lagi oleh
mereka.
Cakka menatap Shilla yang menatap sekeliling, dia tau
apa yang ada dipikiran gadis itu, bukannya dia tidak tahu tentang kejadian
setahun yang lalu waktu mereka masih kelas X. dia sangat tahu dan malahan dia
sendiri yang melabrak dan mengancam orang-orang yang membuly Shilla untuk tidak
menganggu gadis ini
lagi.
Cakka memegang tangan Shilla yang terasa dingin. Shilla
mengalihkan pandangannya dan kembali menatap Cakka. “trust me, everything is
gonna be okay. You can count on me.” Kata Cakka mantap.
“I will never let them hurt you again, never!” katanya
lagi. Shilla menatap mata Cakka lagi, kali ini benar-benar menatap dan entah
sihir dari mana dia menganggukkan kepalanya. Cakka tersenyum kemudain menarik
Shilla kedalam pelukannya.
“I love you.” Ucapnya pelan.
“I can count on
you, right?” Tanya Shilla dalam hati. Shilla perlahan tersenyum dan membalas pelukan Cakka.
“I can count on you!” katanya mantap dalam hati.
===The
End===
Komentar
Posting Komentar