Langsung ke konten utama

Little Things




Love is like magic, We can’t see itbut we can feel it. Just like our voice, We can’t see it but we can hear it. Ignore how rich you are, how beauty or ugly you are. If it comes to love, everything is possible, cause people fall in love in mysterious way.

*****

“apa yang kamu suka dari aku?” tanya seorang gadis kepada cowok yang ada di hadapannya.

Gadis berseragam SMA [yang rambutnya dikuncir kuda dengan pipi tembemnya, gigi berbehel, badan agak berisi namun bukan gendut] itu menatap cowok yang juga berseragam SMA yang sama dengannya. Berbeda dengan cowok itu yangperawakan putih[walaupun si cewek juga putih]tampan, tinggi, smart of course, and dont forget he is the most wanted in their School.

“i love you, because it’s you. Every little thing in you” kata cowok tersebut kepada gadis itu.

Mendengar jawaban sang cowok, gadis itu tertawa sinis. “jangan bercanda, Cakka.” Kemudian tanpa berkata lagi gadis tersebut meninggalkan cowok yang di panggil Cakka itu.

“i meant it! And i’ll prove it to you, Shilla!!” Seru Cakka. Shilla (nama gadis berkuncir tersebut) berhenti melangkah, namun tak berbalik. Cakka berharap gadis itu berbalik dan menerima pernyataan cintanya. Sungguh dia mencintai gadis itu, tapi kenapa gadis itu tidak mempercayainya. Apakah selama ini perhatiannya hanya dianggap biasa saja??

Namun apa yang diharapkan Cakka tak terjadi, Shilla melangkah kembali tanpa pernah berbalik lagi hingga bayangannya menghilang di balik tembok kelas.

Di balik tembok itu, Shilla bersandar memegang dadanya yang berdetak cepat, terasa menyakitkan ketika harus menolak orang yang kita sayangi juga. Tapi dia yakin pilihannya tepat karena iya percaya Cakka hanya main-main. Mana mungkin seorang laki-laki seperti Cakka mau dengan perempuan seperti dirinya yang... yah bisa dilihat dengan jelas tak akan serasi jika bersanding dengan seorang Cakka Abriansyah Nuraga.

Air mata Shilla mengalir dari kedua bolah mata bening berwarna hitam itu. Dia memukul-mukul dadanya agar dapat sedikit mengurangi rasa sakit yang ada di hatinya. Namun percuma, sakit itu tetap ada. Shilla membekap mulutnya agar suara tangisannya tidak terdengar. 

Bukannya Shilla tidak menyukai Cakka, dia bahkan mencintai lelaki itu, tapi dia merasa tak pantas dengan Cakka. Setiap kali berjalan bersama dengan lelaki itu, dia pasti akan merasa minder karena semua orang memuja ketika melihat Cakka dan mencibir ketika melihatnya berada disamping lelaki itu. Shilla terlalu minder terhadap dirinya.


*****

Cakka menjambak rambutnya frustrasi. Dia sudah cukup menunjukkan pada Shilla bahwa dia benar-benar mencintai gadis itu. Tapi apa?? Gadis itu hanya menganggapnya sebuah gurauan, Cakka tersenyum miris mengingat reaksi gadis itu ketika Cakka menyatakan perasaannya.

“ditolak yah?”

Pertanyaan itu muncul dari orang yang sekarang sedang duduk disamping Cakka. Saat ini mereka sedang duduk di taman belakang sekolah, terdapat kolam dan sebuah pancurannya ditengahnya, dan kolam itu dikelilingi oleh bunga-bunga tulip yang indah.

“sejak kapan lo disitu?” tanya Cakka tanpa mengalihkan pandangannya dari kolam tersebut, entahlah sepertinya kolam itu lebih menarik dari pada menatap orang yang sedang duduk disampingnya.

“gue tebak pasti lo ditolak terus lagi meratapi nasib, ngelamun, mangkanya gak nyadar kalo gue udah dari tadi duduk disamping lo. Ck!” tebak cowok yang duduk disamping Cakka itu. Namanya Alvin sahabat Cakka.Dia juga merupakan salah-satu murid berprestasi di sekolahnya selain Cakka. Tampan, kaya, populer, agak cuek tapi kalo udah kenal lebih dekat pasti lo bakal berubah pikiran soal kesan pertama itu.

“lo gak guna sama sekali sih jadi sahabat. Kasih saran kek! Apa kek, gitu! Ini lo malah ngejek. Gue pecat lo jadi sahabat gue.” Ujar Cakka sedikit emos.

“kayak lo bisa jauh aja dari gue.” Cibir Alvin.

“cih.” Cibir Cakka sambil melirik senis ke arah Alvin.

“mau gue kasih saran?” tanya Alvin menaik-turunkan alisnya.

“apa?” tanya Cakka tanpa minat.

“nyatain perasaan lo dengan cara yang lebih romantis, bukan cuman dengan ungkapan kata-kata aja, tapi dengan tindakan, misalnya kasih bunga sambil nyanyiin lagu plus gunain keahlian lo...” Cakka menatap Alvin heran. “keahlian?”

“iya, keahlian lo.” Alvin berdiri sambil bergaya seolah-olah memegang gitar dan memetiknya sambil menirukan suara gitar “jreng...!!! gimana?? Gue yakin Shilla bakal nerima lo, karena apa? karena kalo lo udah sama gitar lo,  kalian tuh menyatu. Lo membuat semua orang terpesona ketika lo mulai memetik gitar.”

“udah terlalu mainstream deh ide lo.” Tukas Cakka.

“jangan diliat dari mainstream-nya apa gak, tapi liat dari usahanya. Shilla juga cewek kali, kalo dikasih hal romantis pasti juga klepek-klepek.” Jelas Alvin kembali duduk disamping Cakka.

“apa gak terlalu norak, Vin?” tanya Cakka kurang yakin dengan ide Alvin.

“buat Cinta gak ada namanya kata NORAK!It’s called ROMANTIS!” kata Alvin sambil tersenyum.

Cakka terdiam sesaat mekirkan kata-kata Alvin, kemudia dia tersenyum sambil menoleh kepada sahabatnya itu, “lo emang sahabat terbaik gue.” Katanyasambil menepuk pundak Alvin. “thanks bro!” lanjutnya, Alvin hanya tersenyum menanggapinya.

Cakka bangkit dari duduknya, berjalan meninggalkan Alvin dengan berbagai macam ide dikepalanya; ide untuk mendapatkan sang pujaan hati.

“mau kemana, Kka?” tanya Alvin ketika Cakka sudah mulai menjauhinya. Cakka berbalik dengan senyum menyeringainya dan hanya mengedipkan sebelah matanya kearah Alvin. “watch and see!!” katanya lalu berbalik pergi.

Alvin hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan sahabatnya yang sedang dimabuk cinta itu. Tanpa banyak berpikir lagi dia melangkah meninggakan kursi taman yang didudukinya bersama Cakka tadi. Melangkah kearah yang berlawanan dengan Cakka.


*****

Shilla sedang melangkah kearah kelasnya ( XI IPA 2 sekelas dengan Cakka), raut wajahnya terlihat lesu dan pandangannya kosong. Memikirkan kembali keputusan yang telah diambilnya. Dia menghela nafas beberapa kali.

“pikirin apa sih, Shill? Toh semua udah terjadi, kamu udah nolak dia. Gak usah disesali deh.” Katanya dalam hati.

Tanpa terasa dia telah sampai dikelasanya, namun yang dia dapatkan adalah kelas yang kosong melompong.

“kemana semua orang?” tanyanya dalam hati. Dia melihat sekekliling dan “kosong” katanya, kemudian dia melihat jam di pergelangan tangannya, “ini sudah waktunya masuk kelas, tapi kok gak ada siswa satupun sih? Gurunya juga kemana lagi?” tanyanya lebih seperti kepada diri sendiri karena tak seorang pun yang tertangkap oleh mata beningnya.

Tanpa memperdulikan sekelilingnya Shilla melangkah masuk kedalam kelasnya.Dia terlalu lelah untuk memikirkan kemana semua orang, kejadian dengan Cakka tadi sudah cukup membuatnya pusing. Dia duduk dibangkunya yang tepat berada di dekat jendela (ketiga dari depan).  memikirkan kembali kejadian tadi benar-benar membuatnya galau.

“God… Help me!” serunya frustrasi.

Shilla menelungkupkan kepalanya diatas meja dengan kedua tangannya sebagai alasnya.Air matanya kembali menetes. “segini susahnya kah jatuh cinta sama orang yang paling diinginkan disekolah?”

Shilla menghapus air matanya kasar kemudian mengangkat kepalanya tanpa mengubah posisi duduknya mentap kososng kearah papan tulis. Dia bersyukur belum ada siswa atau guru yang masuk.Seitdaknya tidak ada yang melihat dia menangis. Dia memperbaiki letak cara duduknya dan menarik napas dalam-dalam kemudian membuangnya agar dia merasa lebih baik. Sambil menunggu yang lain datang dia mengambil buku matematika dalam tasnya dan mulai menyibukkan diri dengan soal-soal dibuku itu, seenggaknya bisa mengalihkan pikirannya.



n   Flashback


“boleh duduk disini gak?”Tanya cowok putih tersebut – sambil memamerkan senyum charmingnya – kepada seorang gadis yang sedang duduk melamun di bangku paling belakang yang berada dekat dengan jendela. Shilla, nama gadis itu tersadar dari dunia imajinasinya dan menatap Cakka.

“hah?” hanya itu yang keluar dari mulut Shilla.

“berarti iya.” Kata Cakka, sejurus kemudian menempatkan dirinya duduk dibangku samping Shilla.

“nama lo siapa?” Tanya Cakka.

“hah?” Shilla masih belum bisa berkata-kata.Dia masih terlalu kaget dengan situasi ini. Gila saja, cowok paling keren waktu MOS dan mungkin bakal jadi Most Wanted disekolahnya duduk satu meja sama dia (gadis yang bukan siapa-siapa). GREAT!

“oh Ashilla Ardiera Zainal yah.” Kata Cakka sambil matanya menatap tag name di seragam Shilla. “kalo gue Cakka. Cakka Abriansyah Nuraga. Jangan sampe lupa yah.”Katanya sambil mengerling.


***


Your hand fits in mine
Like it’s made just for me

“ke kantin yuk?” ajak Cakka kepada Shilla.

Saat ini tengah jam istirahat berlangsung. Shilla tengah sibuk dengan buku-buku yang berserakan diatas mejanya ketika Cakka mengajaknya untuk pergi ke kantin sekolah.

“ayolah, kelamaan mikir deh.” Kata Cakka tanpa basa-basi langsung menarik tangan Shilla.Shilla yang diperlakukan seperti itu hanya mengikut saja. Tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

“Kka, lepas deh.”Shilla meronta meminta dilepaskan tangannya, namun Cakka seperti tak mendengar dan malah menyelipkan jari-jarinya disela jari-jari Shilla.Dan kini Cakka menggenggam tangan Shilla.“hangat” kata mereka berdua dalam hati.

“Kka, diliatin sama anak-anak.”Kata Shilla sambil berjalan menunduk, karena dia bisa merasakan semua tatapan tajam mengarah padanya walaupun dia tidak melihat mereka.

“just ignore them.” Kata Cakka. Kemudian tanpa perlawanan Shilla lagi mereka memasuki kantin.


***


I know you never loved
The crinkles by your eyes when you smile

“gila, Kka. Kamu extrem banget tadi.Aku sampai sakit perut ketawanya.Berani banget sih gituin pak Hendra. Guru galak lagi. Ckckck.”Kata Shilla sambil tertawa mengingat kejadian dikelas tadi, ketika Cakka mengerjai guru matematika mereka.

“sekali-kali harus digituin, Shill. Sebagai hiburan diantara tugas yang dia kasih ke kita.Gila aja tugasnya, belum selesai yang satu udah dikasih aja yang baru.Mau bunuh kita itu namanya.”

Saat ini mereka (Cakka dan Shilla) tengah duduk dibangku taman belakang sekolah mereka. Ini merupakan taman bagi para siswa-siswi untuk melepas penat karena pemandangannya yang indah; banyak jenis bunga dan pohon-pohon rimbun, kursi-kursi untuk para siswa-siswi duduk dan air pancuran tepat ditengah taman.

“kamu jail, tapi aku seneng banget hari ini. Makasih! This is the first time I laughed like that.” Kata Shilla sambil tersenyum memperlihatkan behelnya dan lekukan matanya jika tersenyum melengkung seperti pelangi serta mata beningnya yang bersinar tertimpa matahari.

Cakka menatap makhluk ciptaan Tuhan yang sekarang berada di depannya ini.Bila orang-orang mengatai dia jelek, kutu buku.Tapi dimata Cakka Shilla lebih dari itu. ‘She’s perfect’. Baik, lembut, manis, dan smart terlepas dari kekurangan fisiknya. Tapi Cakka menjadi dirinya sendiri ketika bersama dengan gadis ini. That’s whys he loves being with that girl.

“beautiful” kata Cakka tanpa sadar.

“hah? Apa?”

“you’re beautiful when you’re smile” kata Cakka menatap mata Shilla.

“ngaco!” Shilla mengibaskan tangannya menanggapi perkataan Cakka. ‘beauty?  how come?’ katanya dalam hati.

“gak, gue serius! Lo cantik kalo lagi senyum. Apalagi ketika lo tersenyum, mata lo juga akan ikut tersenyum. Manis.”

Shilla tertawa mendengar perkataan Cakka. “makasih kalo gitu. tapi aku gak suka mata aku – jelek.”

“siapa bilang?” Tanya Cakka.

“aku!”


***

You never love yourself
Half as much as I love you…

If I let you know I’m here for you…

“didunia ini tuh gak ada yang perduli sama aku. Aku capek hidup didunia ini!” racau Shilla – ditengah guyuran hujan deras yang melanda kota Jakarta –memukul-mukul orang yang ada dihadapannya.

“Shill! Dengerin gue. Semua orang perduli sama lo. Jangan ngomong kayak lo hidup sendiri disini. Lo punya nyokab-bokab lo, temen-temen lo, dan… gue. Gue disini Shilla!” kata Cakka mencoba menenangkan Shilla yang sedang kacau balau.

Mereka saat ini sedang berada dipinggir jalan menuju rumah Shilla.Hari ini Shilla dipermalukan lagi.Gank anak perempuan – yang mengaku diri mereka penguasa SMA mereka – mempermalukan Shilla dengan melemparinya telur dan tepung ditengan lapangan basket dan disaksikan oleh sebagian siswa di SMA-nya.Tak ada seorang pun yang menolongnya.Cakka terlambat datang.Shilla terlanjur dipermalukan.

Kemana semua orang-orang baik disekolah ini?Apakah mereka terlalu pengecut untuk menolong gadis yang membutuhkan bantuan itu?Atau karena mereka juga menggagap Shilla sebagai gadis yang memang pantas diperlakukan tidak pantas seperti itu.Ironis, Sekolah dimana tempat seharusnya belajar, malah menjadi ajang pamer kekayaan dan kekuasaan.

“kamu bohong! Kamu bohong, Kka.Aku udah terlanjur malu. Sakit banget, Kka.”Isak Shilla memukul-mukul dadanya.

“Shill…” Cakka menocba meraih Shilla, namun Shilla menepis tangan Cakka.

“kenapa sih mereka jahat banget sama aku. Aku cuman mau sekolah dengan tenang, itu aja!” katanya tersenggal-senggal.

“aku capek!” isakannya makin keras, namun air hujan mampu menyamarkan air matanya. Tapi apalah daya, dia sudah terlanjur menangis didepan cowok itu.

Sebenarnya dia tidak ingin terlihat lemah didepan Cakka, tapi setiap kali bersama Cakka, Shilla tidak mampu menyembunyikan ekspressinya.Dia menjadi lemah bersama cowok itu, dia merasa terlidungi apabila berada didekat Cakka.Dan itulah kenapa dia bisa menangis didepan Cakka namun tidak didepan teman-teman sekolahnya.

Cakka diam memperhatikan Shilla.Dia tau gadis itu butuh untuk melampiaskan amarahnya.Setelah cukup lama, dan tangis Shilla sudah mulai mereda.Cakka maju selangkah kemudia membawa gadis itu kedalam pelukannya.

“kalolocapek, istirahat aja disini.” Katanya sambil mengelus-ngelus rambut Shilla.

   Shilla tersentak kaget, namun lama kelamaan dia mulai merasa rileks. “makasih” ucapnya serak. Cakka tersenyum.


 n Flashback End



“dasar cewek gak tau malu, gue udah peringatin berapa kali buat jauhin Cakka, tapi lo tetep aja kecentilan sama dia. Bitchy lo” ketua dari gank perempuan --  berkuasa disekolahnya – sedang menjambak rambut Shilla. Sementara Shilla hanya bisa pasrah.Ingin teriak namun mulutnya disumpal dengan kain.

“bawa dia ke WC belakang, ikat dan siram dia. Abis itu kurung biar mati aja sekalian. Gak ada gunanya juga dia hidup.”Perintah cewek itu kepada anggotanya.Shilla meronta, namun tak berarti.Dia sudah tak punya tenaga karena sudah lebih dulu dihabisi tadi.

Saat ini mereka sudah berada di WC belakang sekolah yang tidak pernah dipakai oleh murid, karena rusak dan tidak diperbaiki.

Berkali-kali mereka menyiram air ke kepala Shilla.Pandangan Shilla sudah mengabur, dia tak tahan lagi.Detik-detik terakhir sebelum kesadarannya habis.Seseorang mendobrak masuk dan membuat gank cewek itu pergi, lalu selanjutnya gelap.Satu hal yang Shilla yakini, penyelamatnya bukan Cakka.

___


Shilla terbangun dari mimpinya.Dia melihat sekeliling dan menyadari dia ketiduran dikelas. Dia melihat jam tangan yang ada dipergelangan tangannya dan menunjukan pukul 02:00 P.M. ‘kenangan itu, kenangan itu kenapa datang lagi?’Tanyanya dalam hati.Dia melihat sekeliling kelas lagi dan takada satu orang pun didalam – hanya dia sendiri – padahal tas anak-anak masih ada.

Tiba-tiba dari pintu muncul seseorang siswa cowok. “loh Shilla? Lo kok disini? Anak-anak pada ngumpul dikantin.Gak ada guru soalnya pada rapat.”

“eh? Kok aku gak dikasih tau yah?” tanyanya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“emang lo gak dengar pengumumna?”

“gak, oh mungkin diumuminnya pas aku ketiduran kali.”

“mungkin. Ok, gue duluan yah” kata cowok itu ketika selesai membereskan tasnya.

“eh, Alvin…” teriak Shila.

“ya?”

“anak-anak ngapain dikantin?” Tanyanya.

Alvin tersenyum misterisus sambil berkata, “kalo lo penasaran, datang aja kekantin.”


*****


Shilla berjalan menyusuri lorong kelas yang sepi menuju kantin sekolahnya.Sebenarnya dia ingin langsung pulang, namun ada sedikit rasa penasaran yang menggelitik hatinya dan itu mengalahkan keinginnya untuk segera pulang.

Ketika Pintu masuk kantin sudah terlihat, dia bingung melihat orang-orang bergerumun disana. “ada apaan sih?” tanyanya lebih kepada dirinya sendiri.

Alvin yang melihat Shilla dari kejauhan langsung memberi kode kepada Cakka.Cakka mengangguk dan bersiap-siap dengan gitarnya.

“ok, demi sang pujaan hati, Kka.” Katany menyemangati diri sendiri.

Shilla berjalan menuju kerumunan itu, dan ketika dia sudah mendekat, orang-orang yang ada disana tiba-tiba membelah kerumunan memberi jalan kepadanya.

Suara petikan gitar terdengar dan suara yang lain pun ikut terdengar, melantunkan bait-bait sebuah lagu yang sangat dikenalnya. Dan dia pun mengenal orang yang melantunkan lagu itu.

Your hand fits in mine
Like it’s made just for me
But bear this in mind
It was meant to be

And I’m joining up the dots
With the freckles on your cheeks
And it all makes sense to me

I know you never loved
The crinkles by your eyes when you smile
You never loved

Your stomach or your thighs
The dimples in your back at the bottom of your spine
But I’ll love them endlessly

I won’t let these little things slip out of my mouth
But if I do
It’s you, oh it’s you
They add up to
I’m in love with you
And all these little thing…

Cakka mengentikan permainan gitarnya.Dia memberikan gitar kepada Alvin yang berada disampingnya dan juga Alvin memberika seikat bunga kepada Cakka.

Cakka berjalan menuju Shilla yang masih terpana – sambil menyembunyikan seikat bunga ditangannya.Dia bernyanyi mengambung lagu yang berhenti tadi.

You never loved your self
Half as much as I love you
You’ll never treat yourself right darlin’
But I want you to

If I let you know I’m here for you
Maybe you’ll love yourself
Like I love you…

I’m in love with you…

Kini Cakka sudah berada didepan Shilla, jarak mereka sekitar 1 meter.Cakka menatap mata Shilla, begitupun sebaliknya.

Cakka menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya untuk mengurangi nervous-nya. “you know…” dia berhenti sejenak untuk menarik nafas lagi dan kemudian melanjutkan  kembali ucapannya.

“The shortest word that I know is ‘I’. the sweetest word that I like is ‘Love’. And the person that will always be in my heart is ‘you’.” Kata Cakka sambil menunjuk Shilla.

“Ashilla Ardiera Zainal! Would you be my girl?” katanya sambil memberikan seikat bunga kepada Shilla.

Shilla shok, dia berdiri mematung ditempatnya menatap kearah mata Cakka. Menatap seberapa serius cowok itu. ‘Honest!’ itu yang dia dapatkan.

Shilla mengalihkan pendangannya, menatap sekeliling, melihat orang-orang memperhatikan mereka berdua. Dia terlalu takut untuk melangkah, terlalu takut untuk mengambil keputusan yang hatinya sangat inginkan. Terlalu banyak orang membencinya dan dia tidak mau di buly lagi oleh mereka.

Cakka menatap Shilla yang menatap sekeliling, dia tau apa yang ada dipikiran gadis itu, bukannya dia tidak tahu tentang kejadian setahun yang lalu waktu mereka masih kelas X. dia sangat tahu dan malahan dia sendiri yang melabrak dan mengancam orang-orang yang membuly Shilla untuk tidak menganggu gadis ini lagi.

Cakka memegang tangan Shilla yang terasa dingin. Shilla mengalihkan pandangannya dan kembali menatap Cakka. “trust me, everything is gonna be okay. You can count on me.” Kata Cakka mantap.

“I will never let them hurt you again, never!” katanya lagi. Shilla menatap mata Cakka lagi, kali ini benar-benar menatap dan entah sihir dari mana dia menganggukkan kepalanya. Cakka tersenyum kemudain menarik Shilla kedalam pelukannya.

I love you.” Ucapnya pelan.

I can count on you, right?” Tanya Shilla dalam hati. Shilla perlahan tersenyum dan membalas pelukan Cakka.

            “I can count on you!” katanya mantap dalam hati.





===The End===


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Remember Me #1 Versi CakShill

Oleh Andi Febrianti Pratiwi TUNANGAN? Karena cinta... Tidak akan pernah saling melupakan. Shilla keluar dari gedung Fakultas Kedokteran dengan setumpuk buku di genggamannya. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Dia harus buru-buru pulang ke rumah supaya bisa menyelesaikan semua tugas yang akan dikumpulkannya besok pagi.             Tiba-tiba, seorang lelaki tinggi, berkulit kecoklatan, berkacamata dengan kemeja kotak-kotak berwarna putih serta celana panjang jeans hitam yang baru saja turun dari mobil silver langsung menghampirinya.             “SURPRISEEEEE!!!” sorak lelaki itu sambil tersenyum manis dan merentangkan kedua tangannya. Tepat di hadapan Shilla.             Shilla menatapnya dengan dahi berkerut. “Lo siapa?” herannya. Merasa aneh dengan tingkah lelaki tersebut.  ...

Remember Me #9 Versi CakShill

Oleh Andi Febrianti Pratiwi “Kamu ngomong apa, sih?” sorak Cakka, meluapkan emosinya. Seharian ini ia sudah dibuat stress gara-gara masalah rumah sakit, kampus, mobil mogok, Shilla tiba-tiba menghilang dan pulang bersama Rio, sekarang apa lagi? Perempuan itu membatalkan pertunangan? Apa tidak cukup masalahnya seharian ini? “Pertunangan ini gak bisa aku lanjutin lagi,” balas Shilla. “Maafin aku selama ini.” “Shilla, please... Kamu kenapa? Oke, aku minta maaf. Kamu boleh nyuruh aku apa aja. Kamu boleh mukul aku sampe babak belur sekalipun, tapi kamu jangan mutusin sesuatu dengan gampang!” Cakka membekap kepalanya sendiri. Membuat rambutnya yang sudah menutupi telinga jadi berantakan. Perempuan itu terdiam. “Asal kamu tau, kita udah tunangan enam tahun ini. Kamu pikir gampang memutuskan semuanya dalam waktu beberapa menit aja? Hah?” seru Cakka, frustasi. “Aku gak inget apapun tentang kamu.” “Iya, aku tau! Trus kamu pikir aku bakal nerima keputusan ka...

Remember Me #ENDING Versi CakShill

Oleh Andi Febrianti Pratiwi             Rio menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal. “Udahlah, Ngel... Kalo lo nangis gitu, bagus kalo Shilla langsung bangun. Ini malah bikin sakit kepala, tau!” Angel semakin sesenggukan. “Lo gak ngerti perasaan gue. Gue udah hampir empat taun sahabatan sama Shilla. Gue gak tega ngeliat dia tiba-tiba koma dan penuh luka kayak gini. Hiks...” Lelaki dengan sweater putih tersebut mendesah frustasi. “Gue pernah pacaran sama dia waktu SMP. Which is sembilan tahun yang lalu,” ucapnya. “Lagian, kita di sini bukan buat sedih-sedihan. Harusnya kita doain Shilla biar cepet sembuh. Itu yang paling dia butuhin. Gue juga yakin, pelayanan di rumah sakit ini yang terbaik.” Perempuan berlesung pipi itu tetap menangis. Walau tak sekeras tadi. “Rio bener, Ngel. Shilla butuh doa dari kita semua, sementara dokter di sini mengusahakan yang terbaik buat dia.” Cakka ikut menatap na...